Senin, 25 Mei 2009

Mendaki Puncak Welirang (Lembah Kijang)


Perjalanan ke puncak gunung Welirang memang sungguh mengasyikkan. Apalagi, sepanjang perjalanan, ada banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi. Diantaranya, lembah Kijang. Lokasinya, sekitar satu kilometer arah tenggara dari rute menuju puncak.

Lembah itu sendiri berupa sebuah tanah lapang. Dengan hamparan rumput setinggi sekitar 20 sentimeter yang dikelilingi rimbunan pohon pinus. Banyak para pendaki yang menjadikan lokasi ini sebagai tempat mendirikan tenda.

Selain karena tepat berada di titik tengah antara puncak Arjuna-Welirang, suasanya juga relatif tenang. Tak mengherankan, banyak para pendaki yang menjadikan lokasi ini sebagai tempat untuk mendirikan tenda. Apalagi, persediaan air di tempat itu juga cukup melimpah.

Sebutan lembah kijang itu sendiri dilakukan oleh para komunitas pecinta alam (PA). Konon, banyak binatang Kijang (Rusa, Red) mencari makan di kawasan lembah itu. Itu terjadi beberapa dasawarsa silam. Karena kebiasaan itu, lokasi itu akhirnya akrab disebut lembah kijang.

Selain lembah Kijang, lokasi itu juga akrab dengan sebutan lembah benteng. Itu karena di tempat itu, terdapat puing-puing sisa bangunan peninggalan zaman kerajaan Belanda. Lokasnya, tepat berada di tengah-tengah lembah itu.

Sayang, saat saya berkunjung ke sana, sisa-sisa bangunan itu hampir tak bisa dilihat karena tertutup rerumputan. Satu-satunya yang masih bisa dilihat adalah kolam air yang berada di sisi kiri kompleks bangunan utama. Meski sedikit tertutup rerumputan dan berlumut, bentuk bangunan asli itu masih bisa dilihat.

Memiliki lebar sekitar satu meter, dengan panjang sekitar empat meter. Dengan kedalaman sekitar dua meter. Meski sudah berumur puluhan –bahkan mungkin ratusan tahun- bangunan itu masih bisa berfungsi dengan baik. Air yang mengalir di kolam itu pun terlihat cukup jernih.

Tidak jelas bangunan apa itu sebenarnya. Namun, berdasar cerita yang berkembang, konon, di lokasi itu adalah basis peternakan orang-orang Belanda. Namun, ada juga menyebutnya sebagai gudang penyimpanan senjata para kompeni. Hanya sejarah yang bisa menjawabnya.

Berada di tempat itu memang terasa cukup mengasyikkan. Apalagi, pada jam-jam tertentu, kabut putih menyeliputi sekitar lembah. Dengan latar belakang puncak Arjuna, terasa kian menentramkan.

Masud, salah satu peserta rombongan menyatakan, suasana lebih menarik ketika bulan Juni-Juli. Sebab, pada rentang waktu tersebut, kawasan tersebut banyak dipenuhi bunga edelweiss. “Kebetulan, ini memang belum waktunya berbunga,” terangnya.

Selain kawasan lembah kijang, aktivitas penambangan belerang di kawasan puncak juga tetap menarik untuk dilihat. Hanya, agar tidak mengalami ganggungan pernapasan akibat menghirup asap belerang, ada beberapa hal yang harus diikuti.

Sediakan sapu tangan atau bahan lainnya yang bisa dipakai masker. Sebagian pendaki, biasanya memilih untuk menggunakan handuk kecil karena memiliki serat yang lebih padat. Itu saja? Tidak. Agar lebih aman, masker itu perlu dibasahi terlebih dulu dengan air. (Muhammad Asad)

Tidak ada komentar: